Selamatan Kematian (Kenduri
Arwah) 1 – 7 hari dan 40 hari
Dasar pelaksanaan Selamatan
Kematian (Kenduri Arwah) termaktub dalam Kitab Al Hawi Lil Fatawi yang disusun
oleh Imam Jalaludin Abdurrahman As Suyuti Jilid 2 Halaman 178 begini :
قال الامام أحمد بن حنبل
رضي الله عنه فى كتاب الزهد له : حدثنا هاشم بن القاسم قال: حدثنا الأشجعى عن
سفيان قال
قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام , قال الحافظ ألو نعيم فى الجنة: حدثنا أبو بكر بن مالك حدثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل حدثنا أبى حدثنا هاشم بن القاسم حدثنا الأشجعى عن سفيان قال: قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام
قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام , قال الحافظ ألو نعيم فى الجنة: حدثنا أبو بكر بن مالك حدثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل حدثنا أبى حدثنا هاشم بن القاسم حدثنا الأشجعى عن سفيان قال: قال طاوس: ان الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام
Artinya:
“Telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal ra di dalam kitabnya yang menerangkan
tentang kitab zuhud: Telah menceritakan kepadaku Hasyim bin Qasim sambil
berkata: Telah menceritakan kepadaku al-Asyja’i dari Sufyan sambil berkata:
TelaH berkata Imam Thawus (ulama besar zaman Tabi’in, wafat kira-kira tahun 110
H / 729 M): Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari
Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari. Maka, disunnahkan bagi mereka yang
masih hidup mengadakan jamuan makan (sedekah) untuk orang-orang yang sudah
meninggal selama hari-hari tersebut.
Telah berkata al-Hafiz Abu Nu’aim di dalam kitab Al-Jannah: Telah menceritakan
kepadaku Abu Bakar bin Malik, telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Ahmad
bin Hanbal, telah menceritakan kepadaku Ubay, telah menceritakan kepadaku
Hasyim bin al-Qasim, telah menceritakan kepadaku al-Asyja’i dari Sufyan sambil
berkata: Telah berkata Imam Thawus: Sesungguhnya orang-orang yang meninggal
akan mendapat ujian dari Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari. Maka,
disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan jamuan makan (sedekah)
untuk orang-orang yang sudah meninggal selama hari-hari tersebut.”
Sedang pada halaman 194,
penyusun kitab ini menjelaskan :
ان سنة الاطعام سبعة أيام
بلغنى أنهامستمر الى الأن بمكة و المدينة فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة الى
الأن و انهم أخذوها خلفا عن سلف الى الصدر الأول
ِArtinya:
ِArtinya:
“Sesungguhnya, kesunnahan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari
merupakan perbuatan yang tetap berlaku sampai sekarang (yaitu masa Imam Suyuthi
abad ke-9 H) di Mekkah dan Madinah. Yang jelas kebiasaan tersebut tidak pernah
ditinggalkan sejak masa sahabat sampai sekarang, dan tradisi tersebut diambil
dari ulama salaf sejak generasi pertama, yaitu sahabat.”
Selanjutnya dalam Kitab
Sahih Huzaimah disebutkan sebuah hadits :
عن عبيد بن عمير: قال :
يفتن رجلان مؤمن ومنافق فأما المؤمن فيفتن أربعين صباحا.
Dari Ubaid bin Umair r.a
, berkata “ Difitnahkan (dalam kubur) dia jenis orang , yang beriman dan yang
munafik . maka yg beriman difitnahkan/diuji selama 40 pagi/hari.
Jadi jelas disini bahwa
tujuan selamatan itu adalah untuk sedekah dan menghadiahkan bacaan Qur’an dan
doa kepada keluarga yang meninggal. Untuk mempertegaskannya kami nukilkan juga
suatu hadits dalam Sunan Abu Dawud hadits nomer 2894 dituliskan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْعَلاَءِ أَخْبَرَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ أَخْبَرَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ اْلأَنْصَارِ قَالَخَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةٍ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْقَبْرِ يُوصِي الْحَافِرَ أَوْسِعْ مِنْ
قِبَلِ رِجْلَيْهِ أَوْسِعْ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ فَلَمَّا رَجَعَ اسْتَقْبَلَهُ
دَاعِي امْرَأَةٍ فَجَاءَ وَجِيءَ بِالطَّعَامِ فَوَضَعَ يَدَهُ ثُمَّ وَضَعَ
الْقَوْمُ فَأَكَلُوا فَنَظَرَ آبَاؤُنَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَلُوكُ لُقْمَةً فِي فَمِهِ ثُمَّ قَالَ أَجِدُ لَحْمَ شَاةٍ أُخِذَتْ
بِغَيْرِ إِذْنِ أَهْلِهَا فَأَرْسَلَتْ الْمَرْأَةُ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ
إِنِّي أَرْسَلْتُ إِلَى الْبَقِيعِ يَشْتَرِي لِي شَاةً فَلَمْ أَجِدْ
فَأَرْسَلْتُ إِلَى جَارٍ لِي قَدْ اشْتَرَى شَاةً أَنْ أَرْسِلْ إِلَيَّ بِهَا
بِثَمَنِهَا فَلَمْ يُوجَدْ فَأَرْسَلْتُ إِلَى امْرَأَتِهِ فَأَرْسَلَتْ إِلَيَّ
بِهَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَطْعِمِيهِ
اْلأُسَارَى
“Muhammad bin al-‘Ala’ menceritakan dari (Abdullah) bin Idris dari ‘Ashim bin
Kulaib dari ayahnya (Kulaib) dari seorang laki-laki Anshar (shahabat), berkata:
‘Aku keluar bersama Rasulallah berta’ziyah ke salah satu jenazah. Selanjutnya
aku melihat Rasulallah di atas kubur berpesan kepada penggali kubur (dengan
berkata): ‘Lebarkanlah bagian arah kedua kaki dan lebarkan pula bagian arah
kepala!’ Setelah Rasulallah hendak kembali pulang, tiba-tiba seseorang yang
menjadi pesuruh wanita (istri mayit) menemui beliau, mengundangnya (untuk
datang ke rumah wanita tersebut). Lalu Rasulallah pun datang dan diberi
hidangan suguhan makanan. Kemudian Rasulallah pun mengambil makanan tersebut
yang juga diikuti oleh para shahabat lain dan memakannya. Ayah-ayah kami
melihat Rasulallah mengunyah sesuap makanan di mulut beliau, kemudian
Rasulallah berkata: ’Aku merasa menemukan daging kambing yang diambil dengan
tanpa izin pemiliknya?!’ Kemudian wanita itu berkata: ’Wahai Rasulallah,
sesungguhnya aku telah menyuruh untuk membeli kambing di Baqi,tapi tidak
menemukannya, kemudian aku mengutus untuk membeli dari tetangga laki-laki kami
dengan uang seharga (kambing tersebut) untuk dikirimkan kepada saya, tapi dia
tidak ada dan kemudian saya mengutus untuk membeli dari istrinya dengan uang
seharga kambing tersebut lalu oleh dia dikirimkan kepada saya.’ Rasulallah kemudian menjawab: ’Berikanlah makanan ini kepada para
tawanan!’”
Kebenaran hakiki hanya milik Allah
Hamba Allah yang dhaif dan faqir
Dzikrul Ghafilin bersama Mas Derajad
Kebenaran hakiki hanya milik Allah
Hamba Allah yang dhaif dan faqir
Dzikrul Ghafilin bersama Mas Derajad